FAKTA &
REALITA: ada sebuah kecamatan di Gunung Kidul, hampir orang sekecamatan
merupakan pengikut MTA, yang digawangi oleh orang terkaya dan menjadi tokoh
paling dihormati di daerah itu. Suatu hari, tokoh tadi jatuh sakit parah cukup
lama, sebut saja namanya Abu Dul Sukijo.
Tanpa
panjang lebar, bukan resep obat atau ramuan apa pun yang beliau berikan. Pak
kyai tadi menyuruh ia untuk menziarahi qubur kedua orang tuanya. Meski itu
menjadi pantangan bagi Abu Dul Sukijo, karena jelas2 baginya ziarah qubur
adalah dilarang keras . Tak ada pilihan lain karena itu yang diperintahkan pak
kyai tadi ya sudah ia jalani saja. Dengan niat bulat dan mantap ia berangkat
menziarahi qubur kedua orang tuanya, tak luput meminta maaf dan mendoakannya.
Allah Maha Kuasa, sembuhlah ia saat itu juga. Ia pun langsung tobat dan pun
juga dengan seluruh warga masyarakat di sana
Subhanallah,
Allah tetap menghendaki pak kyai tadi sebagai ‘alim ‘ulama yang wushul di daerah
tersebut untuk menopang dan menyelamatkan warga masyarakat dari komplotan
perusak agama Allah.
Bagi wahaby
manaqib, mawlid, tahlilan, mujahadah, rathib, wa ahwatuha adalah bidngah. Itu
diantara pantangan riil orang2 wahaby, di tempatku mereka fanatiknya luar
binasa, dan rata2 tadinya orang berduit tapi tidak berilmu agama, jadi gampang
banget kalau cuma ditarik uang berapapun dari MTA. Dan satu lagi MTA (Majelis
Tafsir Al-qur’an) tidak faham sekali ilmu tajwid – tafsir – fahmil qur’an. MTA
Solo yang disiarkan oleh radio tersebut sering tidak dapat menjawab pertanyaan2
dari para pendengar.
(Dikisahkan
oleh: Zulaikha Syah Tsuraya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar