Islam Agama Yang Benar
Untuk
memperbaiki kualitas ibadah kita, marilah kita selalu bertaqwa kepada
Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Selalu bersyukur kepada Allah
setiap waktu, di setiap tempat, dan di setiap keadaan, atas segala
kenikmatan dan karuniaNya yang tidak dapat kita hitung. Juga selalu
menjalankan yang disyari’atkan Allah dan yang disampaikan oleh
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, dengan cara; semua yang
diperintah-kan kita jalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan; sedangkan yang dilarang kita tinggalkan, tidak kita lakukan,
bahkan mendekatipun jangan.
Tidak ada komentar:
Oleh: Imam Muttaqin
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا
بَعْدُ؛
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا
فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ أُمَّتِيْ
يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ
وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ
عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Dalam khutbah jum’ah ini, kami hendak memberikan nasehat terutama untuk saya sendiri dan untuk jamaah semuanya.
Saudara-saudara jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Krisis
yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu sampai saat ini,
bukan saja krisis moneter tapi juga krisis kepercayaan terhadap agama
Islam oleh penganutnya sendiri. Krisis kepercayaan terhadap kebenaran
Islam sebagai agama universal dan paripurna tidak dapat dipungkiri telah
melanda banyak orang yang mengaku dirinya beragama Islam. Ini terbukti
dengan gaya hidup mereka yang dilihat secara lahiriyah masih ada saja
kesamaan dengan gaya hidup orang-orang yang nonMuslim. Misalnya dalam
masalah makan minum dengan berdiri dan dengan tangan kiri kaum Muslim
masih banyak yang ikut-ikutan berbuat demikian pada acara-acara resmi,
padahal makan dan minum dengan tangan kiri atau berdiri bukan etika
Islami. Sementara kalau melihat kaum wanita di jalan-jalan, sulit
dibedakan antara seorang muslimah dengan non-muslimah, sebab rambut
sama-sama terlihat, betis sama-sama terbuka, sama-sama menor dalam
bersolek bahkan sama-sama berpakaian ketat. Yang mana semuanya dilarang
dalam Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Boleh
jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak fahaman. Namun ketidak
tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin telah
kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung
mengabaikan ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap
ketinggalan jaman.Banyak orang Islam, bahkan kalangan akademik yang
beranggapan mempelajari ilmu-ilmu Islam tanpa dicampur dengan
teori-teori ilmu barat, suatu kemunduran.Tidak sesuai dengan
perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya
seseorang diketahui sebagai seorang muslim, apabila ia melaksanakan
shalat atau ketika diajak berbicara. Hanya dalam beberapa kalangan atau
kawasan saja terdapat suatu kelompok sosial secara lahiriah tampak
sebagai muslim, sebab perempuan-perempuan mereka berjilbab misalnya.
Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, pasti mengimani dan meyakini
bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan benar, sebagai pedoman
beribadah dan pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini bahwa segala yang
dikatakan Allah dan RasulNya pasti benar dan baik.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19)
Berkaitan
dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat
tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu wa Ta'ala bahwa tidak
ada agama apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali Islam. Sedangkan
Islam ialah ittiba’ (mengikuti) rasul-rasul Allah yang diutus
untuk tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul terakhir
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah
tertutup kecuali melalui jalan Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam.
Karenanya, siapa yang menghadap Allah Subhannahu wa Ta'ala setelah
diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam dengan menggunakan
agama yang tidak berdasarkan syariat beliau, maka tidak akan diterima.
Seperti halnya firman Allah pada ayat yang lain:
“Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Demikian
pula pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan agama
yang diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain
Islam adalah agama yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan
tidak pula akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak
dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam
hal ibadah maupun mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah
hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui dengan
cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya?
Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa
yang diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan
kenyataan ini masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang paling utama
di antaranya adalah Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hari
ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan
nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam
kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari Yordania yaitu
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida’
bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa syariat Islam telah
sempurna dan betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala
kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah,
seperti firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin, dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at: 56).
Artinya
kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh dan
merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar
biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka
pengabdian dan peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan
tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi
petunjuk-petunjuk lain, kecuali Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Kesempuranaan
Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan
kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan
tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang
masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang
masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup,
tidak perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran
Islam. Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh
pemeluk agama lain selain Islam. Hanya saja banyak di antara mereka
sendiri yang menolak, seperti disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui kebenarannya, lantaran kedzaliman dan kecongkakan.” (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dari
uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia
harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan
kebenaran?. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama;
Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi
rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya
ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia,
hidup dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai
fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk
bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai
hal-hal yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang
sia-sia. Di dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:
“Maka
apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara
main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?.
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena
manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas sia-sia,
tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk
manusia. Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan paling tepat dan
membawa maslahat buat manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia dan
segenap makhluk lainnya.
Aturan
itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk
kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia
agar selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang
taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah
kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan
yang berakal sehat dan berfikiran normal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ
أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا
َرُسْولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
“Tiap-tiap
ummatku masuk Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau:
“Siapa yang menolak ya Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat
kepadaku ia akan masuk Surga dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia
telah menolak”. (HR. Al-Bukhari).
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Konsep
yang kedua: Seorang muslim harus memahami bahwa Allah tidak ridla, jika
dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan selainNya.
Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya,
sebagaimana firmanNya:
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)
Konsep
yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Rasul Allah, dan
bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami
adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitasnya hanya diberikan
kepada Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia
tidak memberikan kecintaan dan kasih sayangnya kepada siapapun yang
menentang Allah dan RasulNya, sekalipun kerabat terdekatnya.
Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Itulah
hakikat Islam yang dengan ucapan singkat berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya; bersikap patuh
terhadapNya dengan cara menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan bersikap
membebaskan diri; mem-benci dan memusuhi kemusyrikan beserta para
pendukungnya.
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ
أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ
وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا
بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ
مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah
Berdasarkan
keterangan dan uraian kami pada khutbah pertama, maka ummat Islam
hendaknya benar-benar mampu membuktikan bahwa syari’at Islam yang akan
menghantarkan pemeluknya menuju sukses hidup di dunia dan di akhirat,
Sedangkan agama lain selain Islam jelas batil dan tidak bermanfaat.
Sebagai
bukti seorang telah mempercayai Islam sebagai agama yang benar, maka ia
harus mengikuti dan taat kepada Rasul Nya, bertauhid kepada Allah dan
hanya memberikan loyalitasnya kepada Allah, RasulNya, dan kaum Muslimin,
serta memberikan permusuhan kepada musuh-musuh Allah dan RasulNya.
Sedangkan jalan ke sana sekarang harus ditempuh dengan tashfiyah (pemurnian) dan tarbiyah (pendidikan),
sebab ajaran Islam telah banyak disusupi ajaran-ajaran asing, yang
dianggap merupakan bagian dari ajaran-ajaran Islam.
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar